
Mengapa Tiongkok Sangat Membenci Donald Trump?
Donald Trump, mantan Presiden Amerika Serikat, adalah sosok yang sering memicu kontroversi dan perdebatan. Salah satu hubungan internasional yang cukup menegangkan selama masa pemerintahannya adalah dengan Tiongkok. Tiongkok, sebagai kekuatan ekonomi terbesar kedua di dunia, memiliki banyak alasan mengapa mereka melihat Trump dengan pandangan yang kurang baik. Di bawah ini, kita akan membahas beberapa alasan mengapa Tiongkok sangat membenci Donald Trump.
1. Perang Dagang yang Memanas
Salah satu faktor utama yang menyebabkan ketegangan antara Tiongkok dan Donald Trump adalah kebijakan perdagangan yang agresif. Pada awal masa pemerintahannya, Trump meluncurkan perang dagang dengan Tiongkok untuk menanggapi ketidakseimbangan perdagangan antara kedua negara, yang menurutnya sangat merugikan Amerika Serikat. Trump memberlakukan tarif tinggi terhadap barang-barang impor dari Tiongkok, dengan harapan dapat mengurangi defisit perdagangan Amerika dan mendorong perusahaan-perusahaan AS untuk kembali ke tanah air.
Namun, langkah ini membuat Tiongkok marah dan memicu pembalasan tarif dari pihak Tiongkok terhadap barang-barang Amerika. Selain itu, Trump juga menuduh Tiongkok melakukan praktik perdagangan yang tidak adil, seperti manipulasi mata uang dan pencurian kekayaan intelektual. Meskipun ada kesepakatan perdagangan fase satu pada tahun 2020, ketegangan ini tetap meninggalkan bekas yang dalam dalam hubungan kedua negara.
2. Isu Keamanan Nasional dan Teknologi
Pada masa kepresidenannya, Trump juga memperketat pengawasan terhadap perusahaan-perusahaan teknologi asal Tiongkok, terutama Huawei. Trump menuduh Huawei, raksasa teknologi asal Tiongkok, memiliki hubungan yang erat dengan pemerintah Tiongkok dan bisa mengancam keamanan nasional AS. Keputusan Trump untuk melarang Huawei dan perusahaan-perusahaan Tiongkok lainnya beroperasi di pasar AS dengan alasan ancaman terhadap privasi dan keamanan data, semakin memperburuk hubungan kedua negara.
Bukan hanya Huawei, Trump juga memusuhi aplikasi media sosial asal Tiongkok, TikTok, yang dikhawatirkan dapat digunakan untuk mengumpulkan data pribadi pengguna AS. Hal ini semakin memicu ketegangan, mengingat Tiongkok merasa bahwa tindakan ini adalah bentuk intervensi terhadap perusahaan-perusahaan Tiongkok yang sah dan merusak kebebasan ekonomi.
3. Masalah Hak Asasi Manusia
Trump juga sering mengkritik Tiongkok atas masalah hak asasi manusia, terutama terkait dengan perlakuan terhadap etnis Uighur di Xinjiang. Pada masa pemerintahannya, Trump menerapkan sanksi terhadap pejabat-pejabat Tiongkok yang terlibat dalam penindasan terhadap Uighur dan minoritas Muslim lainnya. Tiongkok sangat marah atas tuduhan tersebut, menganggapnya sebagai campur tangan dalam urusan dalam negeri mereka. Trump juga mengkritik perlakuan terhadap demonstran pro-demokrasi di Hong Kong, yang membuat ketegangan semakin meningkat.
4. Pendekatan terhadap Taiwan
Hubungan antara Amerika Serikat dan Taiwan menjadi isu yang sangat sensitif bagi Tiongkok. Tiongkok menganggap Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya, dan pada masa kepresidenan Trump, hubungan AS dengan Taiwan semakin erat. Meskipun Trump tidak secara resmi mengubah kebijakan AS terhadap Taiwan, namun retorika dan tindakannya yang lebih mendukung Taiwan—termasuk penjualan senjata ke Taiwan—memicu kemarahan Beijing. Bagi Tiongkok, ini dianggap sebagai tantangan terhadap integritas teritorial mereka dan sebuah provokasi yang tidak dapat diterima.
5. Retorika Anti-Tiongkok
Trump tidak hanya bertindak keras dalam kebijakan luar negerinya, tetapi juga sering menggunakan retorika keras terhadap Tiongkok. Ia menyebut Tiongkok sebagai “musuh utama” Amerika Serikat dan menyalahkan Tiongkok atas banyak masalah yang dihadapi AS, termasuk penurunan lapangan pekerjaan dan bahkan pandemi COVID-19. Ia menyebut virus corona sebagai “virus Tiongkok” atau “virus Wuhan”, yang menambah ketegangan antara kedua negara.
Kesimpulan
Hubungan antara Tiongkok dan Donald Trump memang dipenuhi dengan ketegangan dan persaingan. Dari kebijakan perdagangan yang agresif hingga masalah hak asasi manusia, Trump banyak mengambil langkah yang mengecewakan dan merugikan Tiongkok. Meskipun ada beberapa kesepakatan ekonomi yang tercapai, dampak jangka panjang dari kebijakan dan retorika Trump terhadap hubungan AS-Tiongkok tetap terlihat jelas.
Bagi Tiongkok, sikap keras Trump tidak hanya merugikan mereka secara ekonomi, tetapi juga mengganggu kestabilan geopolitik yang mereka upayakan untuk jaga. Trump, di sisi lain, berusaha melindungi kepentingan nasional Amerika dan memperjuangkan apa yang ia anggap sebagai “keadilan” dalam perdagangan internasional. Perbedaan pandangan dan kepentingan inilah yang membuat hubungan mereka sangat tegang selama masa pemerintahan Trump.